Rabu, 04 April 2012

Potensi Mineral di Kepulauan NTT


Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawa anorganik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Dari hasil penyelidikan Eksplorasi Mineral logam di berbagai wilayah di Kepulauan Nusa Tenggara Timur ditemukan beberapa mineral logam di beberapa kabupaten dan desa.

Daerah Prospek
Dari hasil penyelidikan Eksplorasi Mineral Logam yang telah dilaksanakan di daerah Wilayah Penugasan Pertambangan Wai Wajo Kabupaten Sikka dan Ratenggo Kabupaten Ende telah ditemukan indikasi mineralisasi logam di beberapa tempat. Daerah atau tempat-tempat tersebut antara lain :
1.      Daerah Ratenggo :
·         Gn. Keli Ndati, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa kalkopirit dan sfalerit pada batuan dasit terbreksikan. Ubahan yang terbentuk antara lain propilitik dari kumpulan (klorit, epidot, kalsit, kuarsa) di beberapa tempat ditemukan ubahan argilik (serisit, klorit, kuarsa).
·         Kogogamba, mineral pirit dan sedikit arsenopirit bersama urat-urat kuarsa halus pada batuan induk tufa dasitik. Ubahan yang terbentuk klorit, epidot, kuarsa serta limonitik kuat.

2.      Daerah Wai Wajo :
·         Wolo Desa/Lowo Deba, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan bornit pada batuan tufa andesitik tersilisifikasi. Di beberapa tempat ditemukan kontak tufa andesitik tersilisifikasi dengan urat kuarsa termineralisasi pirit, kalkopirit, galena, sfalerit. Ubahan yang teramati adalah, argilik, propilitik dan pilik.
·         Desa Lia Kutu/Lowo Diang Gajah, mineral kalkopirit, bornit, covelit, malakit sedikit galena dan pirit dalam bentuk tersebar serta stockwork pada granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit ( kaolinit, K-felspar, kuarsa sekunder dan magnetit).
·         Desa Lia Kutu/Lowo Mera, mineral pirit, kalkopirit, bornit, kovelit, sedikit galena dan sfalerit bersama-sama urat-urat halus pada breksi andesitik, lava andesitik yang telah mengalami ubahan serisitik (kaolinit, kuarsa).
·         Desa Ghera/Lowo Sanga, mineral pirit dan kalkopirit sedikit galena tersebar dalam breksi andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, pirit dan granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.
·         Desa Ghera/Lowo Dagegoge, mineral pirit sedikit kalkopirit, galena bersama urat kuarsa pada batuan granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, klorit. Mineral pirit, kalkopirit bersama urat kuarsa pada batuan tufa breksi andesit yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kalsit. Mineral pirit, kalkopirit tersebar dalam granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.

3.      Daerah Magepanda :
·         Lowo Magepanda, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dan sfalerit dalam bentuk tersebar dan pengisian rekahan pada tufa lapili dasitik, tufa andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kuarsa dan granodiorit serta breksi andesit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.
·         Lowo Polu, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dalam bentuk tersebar dan mengisi rekahan pada dasit, tufa dasitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kalsit, kuarsa sedikit serisit dan kaolinit.

Daerah-daerah lainnya meskipun menunjukkan adanya indikasi mineralisasi namun tidak begitu kuat dibandingkan zona-zona mineralisasi yang telah disebutkan di atas. Kalaupun ada yang menarik, zona tersebut masuk dalam kawasan hutan lindung atau hutan konservasi

Pertambangan dan Energi :

Sub sektor pertambangan dan penggalian belum menjadi penyumbang dominan dalam pendapatan regional karena sejauh ini didominasi oleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang, sirtu, pasir, batu pecah, batu gelondongan, batu warna dan batu kapur untuk kebutuhan konstruksi lokal. selain deposit bernilai rendah, terdapat pula eksplorasinya panas bumi untuk pembangkit energi listrik di Flores, penambangan marmer di Timor dan penambangan biji besi di Sumba.

Eksplorasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik telah sampai pada tahapan implementasi, sehingga diyakini akan meningkatkan daya dorong sub sektor pertambangan terhadap peningkatan energi dan listrik. Kendala yang dihadapi usaha penambangan deposit marmer adalah tingginya investasi, dan risikonya serta lemahnya diplomasi sosial ekonomi antara masyarakat adat, pemerintah dan perusahaan penambang, mengakibatkan berhentinya dua buah tambang marmer di daratan Timor. Untuk penambangan biji besi di Sumba, kendala yang dihadapi adalah rendahnya skala usaha yang diterapkan sehingga tidak mencapai skala yang ekonomis.

Dari segi susunan batuannya, 40% dari propinsi NTT terdiri atas batuan Kompleks Bobonaro, yang selama ini dikenal memiliki kandungan mangan cukup tinggi. Dari segi kualitas, logam mangan di propinsi NTT ini merupakan salah satu yang terbaik dan termasuk kualitas nomor satu di dunia. Cadangan mangan di NTT pada saat eksplorasi diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri logam di Indonesia dan pasar ekspor untuk puluhan maupun ratusan tahun ke depan.

Selain itu, posisi propinsi NTT yang merupakan hasil dari tumbukan lempeng Hindia-Australia dan Eurasia, kaya akan potensi panasbumi serta berbagai jenis mineral lainnya seperti emas, perak, tembaga, dan berbagai mineral industri.
Kekayaan alam propinsi NTT tidak hanya terbatas pada kekayaan mineral, namun juga pada sektor migas.

Kesimpulan

Hasil yang diperoleh pada fase pertama ini menunjukkan adanya indikasi tembaga, timbal dan seng yang prospek serta didukung oleh munculnya indikasi zona anomali logam dasar dan logam mulia di batuan gunungapi, batuan terobosan serta batuan piroklastik Tersier di daerah penyelidikan. Data-data untuk mendukung indikasi tersebut telah diuji melalui analisis kimia pada contoh urat kuarsa, batuan termineralisasi, studi inklusi fluida dan pemetaan zona alterasi yang berhubungan dengan struktur geologi serta analisis kimia tanah berikut uji statistiknya. Dengan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan serta diidentifikasikan beberapa zona prospek antara lain :

a.       Prospek Keli Ndati untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi
b.      Prospek Kogogamba untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi
c.       Prospek Lowo Polu untuk mineralisasi tembaga pada zona alterasi
d.      Prospek Magepanda/Lowo Pelongo untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi
e.       Prospek Wolo Desa/Lowo Deba untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada zona alterasi
f.       Prospek Lia Kutu/Ghera untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada zona alterasi

Kalkopirit dan sfalerit kerap ditemukan di dalam urat kuarsa di daerah penyelidikan tetapi anomali geokimianya relatif rendah. Untuk anomaly tembaga telah terdeteksi di Lia Kutu A-Ghera dan potensi tembaganya cukup tinggi

Ø  Beberapa Contoh Mineral Yang Terdapat Di Kepulauan NTT

§  Besi


§  Tembaga


§  Mangan


§  Pasir Besi



Mineral Siderite

Mineral Siderite

§  Mineral Siderite
Siderite adalah mineral terdiri dari besi karbonat Fe C O. Ia mengambil nama dari kata Yunani sideros σίδηρος, "besi”. Ini adalah mineral besi yang berharga, karena 48% besi dan tidak mengandung belerang atau fosfor. Baik magnesium dan mangan umumnya pengganti besi.
Siderit memiliki kekerasan Mohs dari 3.5 - 4, berat jenis 3.8, gores putih dan kilau vitreous atau kilau mutiara.
Sistem kristal heksagonal, dan dalam bentuk rombohedral, biasanya dengan wajah dan lurik melengkung. Warna berkisar dari kuning ke coklat gelap atau hitam, yang terakhir merupakan akibat adanya mangan (kadang-kadang disebut manganosiderite).
Siderite umumnya ditemukan di urat hidrotermal, dan berhubungan dengan barit, fluorit, galena, dan lain-lain. Ini juga merupakan umum diagenesa mineral dalam serpih dan batupasir, di mana kadang-kadang bentuk concretions. Pada batuan sedimen, siderit umumnya berupa di pemakaman kedalaman dangkal dan komposisi unsur yang sering berhubungan dengan lingkungan pengendapan dari sedimen penutup. Di samping itu, sejumlah studi terbaru telah menggunakan komposisi isotop oksigen dari sphaerosiderite (sejenis terkait dengan tanah) sebagai proxy untuk isotop komposisi air meteorik segera setelah pengendapan.

§  Deskripsi Mineral Siderite


Formula Kimia                 : FeCO 3
Komposisi                        : Besi   Karbonat,   biasanya    berisi   beberapa magnesium dan kalsium,
                                          kadang-kadang juga magnesium, seng, dan kobalt.
Variabel Formula            : (Fe, Mg , Ca , Mn , Zn , Co ) CO 3
Warna                              : Terang ke gelap coklat, kuning-coklat,  lampu kuning, kuning - hijau, coklat
                                           kehijauan, abu-abu, dan putih.
Gores                               : Putih
Kekerasan                       : 3.5 - 4 3,5 - 4
Sistem Kristal                  : Trigonal
Transparansi                   : Opaque
Berat Jenis                      : 3.7 - 3.9
Kilau                                : Mutiara
Pecahan                           : Conchoidal
Belahan                           : Sempurna
Tenacity                          : Brittle
Kemagnetan                   : Paramagnetit



§  Manfaat Mineral Siderite

1.      Sumber logam besi
2.      Salah satu bahan campuran pembuatan baja


§  Genesa Mineral Siderite

Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan terdapat sebagai lapisan-lapisan yang sering berasosiasi dengan lapisan lempung, serpih, atau batubara. Dapat pula terbentuk melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, atau terbentuk sebagai pegmatit. Sering berasosiasi dengan bijih-bijih metal yang mengandung mineral-mineral perak seperti pirit, khalkopirit, tetrahedrit, dan galena.


§  Daerah Persebaran Mineral Siderite Di Indonesia

Karena siderite merupakan mineral golongan oksida, maka mineral siderite dapat terbentuk di daerah-daerah pegunungan.

Beberapa wilayah di Indonesia yang mungkin terdapat mineral siderite antara lain :

1.      Gunung Tegak, Lampung
2.      Pengunungan Verbeek, Sulawesi Tengah
3.      Pulau Demawan, Pulau Sebuku, dan Pulau Suwung.

Mineral Copper

Mineral Copper (Tembaga)

§  Copper (Tembaga)

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.

Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2).

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.

§  Deskripsi Mineral Copper (Tembaga)


Formula Kimia                  : Cu
Sistem
Kristal                    : Reguler
Warna
                                : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.
Kilap                                 : Metalik
Kekerasan                         : 2,5 – 3
Berat Jenis                         : 8,94
Indeks Bias                       : 1. 544 - 1.553
Goresan                             : Merah
Belahan                             : Tidak satupun
Pecahan                             : Hackly
Tenacity                            : Ductile dan Malleable
Derajat Ketransparanan    : Opaque
Kemagnetan                      : Diamagnetit


§  Manfaat Mineral Copper (Tembaga) Adalah Sebagai Berikut :

Sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel).

Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan klep di pabrik penyulingan.

Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin mesin pertanian.

§  Genesa Copper (Tembaga)

Sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ.

§  Daerah Persebaran

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu: Sungai Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai Torue, Perbukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT Trans, Sungai Ganonggol, Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong dan Sungai Tinombo.

Peta Persebaran Mineral Copper (Tembaga) di Indonesia

Batuan Beku Intermediet

Batuan Beku Intermediet

Ø  Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plugtonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

ü  Mineral-mineral utama pembentuk batuan beku antara lain:

1.      Mineral felsic contohnya plagioklas, alkali feldspar, kuarsa, ortoklas, muskovit, dan mineral felsic lainnya yang umumnya berwarna cerah.

2.      Mineral mafic contohnya olivine, piroksin, hornblende, biotite, dan mineral mafic lain yang umumnya berwarna gelap.

ü  Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:

1.      Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.

2.      Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro, Basalt.
3.      Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit.

4.      Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.

ü  Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

1.       Kelompok Granit – Rhyolit
Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, terkadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.

2.       Kelompok Diorit – Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh mineral plagiokklas, hornblende, piroksen, dan kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.

3.       Kelompok Gabbro – Basalt
Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.

4.       Kelompok Ultra Basa
Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.



Ø  Batuan Beku Intermediet

Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52% - 66 %. Tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen serta kuarsa biotit, dan orthoklas dalam jumlah kecil.

Ø  Contoh Batuan Beku Intermediet

1.      Diorit

Batuan ini merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang membentuk morfologi pembuktian berelief kasar dengan elevasi dari beberapa ratus meter hingga mencapai lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpal). Batuan ini umumnya mempunyai warna yang bervariasi, yaitu coklat, coklat kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak-bercak hitam, hitam kecoklatan atau abu kehitaman, bersifat pejal (massif) dan kompak dengan tekstur porfiro granitic. Batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan atau jalan raya.


2.      Andesit

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi. Batuan lelehan dari diorite, berbutir halus, bertekstur halus, dimana batuan andesit memiliki derajat kristalisasi holokristalin hingga hipokristalin, yaitu dimana perbandingan komposisi mineralnya mayoritas diisi oleh mineral kristalin, sifat dari andesit yaitu intermediet, struktur yang dimiliki oleh andesit yaitu massif atau pejal. Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, yaitu andesit terbentuk berasal dari magma yang sedang menuju kepermukaan bumi atau membeku dalam celah-celah di kerak bumi. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit. Batuan andesit yang banyak mengandung mineral hornblende sehingga disebut dengan andesit-hornblende, sedangkan yang banyak mengandung piroksen disebut dengan andesit-piroksin.